Purnama ke-24 ini Menyayat Hati
Gadis Belia yang Masih Saja Terjebak dalam Ingatan Masa Lalunya
Pasuruan,
13 Juli 2014 20:23PM
Malam
ini, tepat di Purnama ke-24 dimana aku kembali terhenyak akan ingatanku
terhadapmu. Ingatan terburuk sepanjang perjalanan cinta remajaku. Aku
kehilanganmu. Dirimu. Cintamu. Kasihmu. Sungguh, betapa aku menangisi
kepergianmu malam itu. Bukan apa-apa. Aku hanya seorang gadis belia yang begitu
kaku. Baru saja mengenal rasa yang menggelora. Rasa yang tak pernah terasakan
ketika aku tengah bersama lelaki lain. Rasa itu ialah cinta. Rasa kasih. Rasa
memiliki. Rasa puas. Rasa bahagia yang membuncah. Rasa yang sangat indah ketika
semua kulalui bersamamu. Bersamamu. Hanya denganmu. Ketika kenyataan menyatakan
bahwa aku harus kehilanganmu, dirimu, cintamu, kasihmu, sama sekali aku tak
kuasa, tak mampu, tak sanggup, tak dapat, tak bisa menerima itu. Sungguh,
betapa aku menangisi kepergianmu malam itu.
Tak
terasa, tepat 2 tahun berlalu. Namun, tiap kali Purnama datang menyapa, aku
masih sering kali mengharapkan kekembalianmu. Dirimu yang hilang. Cintamu yang
hilang. Kasihmu yang hilang. Sesekali, aku menitipkan pesan pada angin. Angin
yang selalu pergi kemanapun ia suka. Angin yang kuyakini akan menyampaikan
pesanku padamu tiap kali ia bertemu denganmu. Terlebih jika pesan itu
tersampaikan tepat saat Purnama datang dan aku tengah merutuki perpisahanku
denganmu.
“Aku, orang yang hingga sekarang
masih mencintaimu, masih menunggumu di bawah pendaran Purnama. Dan aku
mengharapkan kita akan bertemu lagi. Seperti dulu. Aku, orang yang hingga saat
ini masih mencintaimu, masih mengharapmu untuk kembali mencintaiku. Dan kita,
ya, aku dan kamu, akan kembali saling mencintai. Seperti dulu.”
Begitulah
aku memaknai Purnama ke-24 ini. Begitu banyak kenangan mesra tentang kita.
Dulu. Namun, luka ini masih ternganga. Masih basah. Terasa sakit. Sakit sekali.
Semanis-manisnya kenangan itu, kenangan terpahit akan kepergianmu itu mampu
menyembunyikan segala rasa manisnya. Hanya tersembunyi. Aku membencimu?
Membenci perpisahan kita? Terkadang? Yah, meski begitu, aku pun tak dapat
membohongi pesaanku sendiri. Aku masih menantimu. Aku masih mencintaimu. Aku
masih berharap akan kekembalianmu. Aku hanya seorang gadis belia yang begitu
kaku. Gadis yang terjebak dalam kenangan masa lalu. (Ze*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih sudah membaca, semoga bermanfaat