Assalamu'alaikum :)

Kamis, 10 April 2014

KARAM



KARAM
Bila bahteramu karam, segeralah meminta kepadaNya untuk menepikanmu, mengembalikanmu ke dermaga itu. Bukan menyumpahi atau mendo’ai. Tapi, aku tengah berada disana. Kapanpun itu. Masih sedang menunggumu. Apapun yang terjadi.  Di dermaga itu. Ya, dermaga yang sederhana dan terlihat reyot namun masih tetap bisa berguna saat kau datang. Dermaga yang telah kau tinggalkan saat pelayaran perdanamu denganya. Ya, dia. Wanita pilihanmu yang kau rasa pantas menemanimu dalam suka maupun duka. Sama halnya denganku yang selalu mencoba memantaskan diri agar terlihat pantas ketika bersanding denganmu. Waktu itu. Waktu suka maupun duka. Waktu kau butuhkan maupun kau buang. Ya, waktu itu.
Kau tau, saat kau memutuskan berlayar dengannya dan sedang meninggalkan dermaga bersamanya, di dermaga itu, aku mengharapkan kau akan berbalik arah. Kembali. Sengaja. Aku yang tengah mengibaskan sapu tangan pemberianmu itu, melambai, berdiri tegak. Namun segala harapan hidupku hilang. Kosong. Kau tak kembali. Hanya sapu tangan. Sapu tangan yang kau gunakan untuk menyeka air mataku ketika kau dengan lantang bersua bahwa kau lebih memilih wanita baru itu. Wanita yang baru saja kau ajak berkenalan. Wanita yang dengan penuh yakin kau katakan bahwa dialah Cinderella yang meninggalkan sepatu kacanya di istanamu. Dan sekarang kau telah menemukannya. Sungguh dan amat gembira. Kau mengajaknya berlayar. Ah!
Hancur! Seperti kau lihat. Seakan aku terkucil di hadapan dunia yang melahirkanku. Terlihat semua sangat gelap di mataku. Baiklah. Pelitaku hilang. Dan aku hanya mampu menunggumu di dermaga itu tanpa sanggup mengejarmu. Aku yakin. Kau akan kembali. Bila bahteramu karam. (Ze*)
Pasuruan, 19 Maret 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih sudah membaca, semoga bermanfaat